Wisata dan Budaya

Melihat keindahan kawah di Tangkuban Perahu – Indonesia

“Melihat keindahan kawah di Tangkuban Perahu – Indonesia”

Gunung Tangkuban Perahu merupakan salah satu tempat wisata alam yang sangat terkenal di kawasan Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Jika kita berbicara tentang Gunung Tangkuban Perahu, tentu tidak akan lepas dari cerita yang melegenda di masyarakat yaitu legenda Sangkuriang. Menurut cerita rakyat setempat, nama Tangkuban Perahu terkait dengan legenda Sangkuriang, yang konon jatuh cinta pada ibunya, Dayang Sumbi. Tempat Wisata Untuk menggagalkan niat anaknya untuk menikahinya, Dayang Sumbi mengajukan syarat, salah satunya Sangkuriang harus membangun perahu dalam semalam.

Ketika menyadari bahwa usahanya untuk memenuhi syarat telah gagal, Sangkuriang marah dan menendang perahu, sehingga mendarat terbalik. Perahu ini kemudian membentuk Gunung Tangkuban Parahu. Gunung yang memiliki ketinggian + 2.048 mdpl ini merupakan gunung berapi yang masih aktif dan masih sangat aktif. Dan pengembalian aktif terakhir yang tercatat adalah sekitar tahun 2015

Sejarah Gunung Tangkuban Perahu

Sejarah Gunung Tangkuban Perahu Kisah ini dimulai dengan seorang dewa dan dewi yang karena kesalahan yang mereka buat di surga, akhirnya harus menjalani hukuman di bumi. Keduanya dihukum karena berbuat baik dalam hidup mereka di bumi dalam bentuk babi hutan dan anjing. Babi hutan yang merupakan jelmaan dewi bernama Wayung Hyang, sedangkan anjing yang merupakan jelmaan dewa bernama Tumang. Wayung Hyang dihukum sebagai babi hutan atau celeng, sehingga ia mencoba melakukan berbagai hal baik di hutan. Sementara itu, Tumang, anjing jelmaan dewa, bertugas sebagai anjing pemburu raja bernama Sumbing Perbangkara.

Suatu hari, raja Sumbing Perbangkara sedang berburu di hutan di pinggir kerajaan. Di tempat yang dekat dengan tempat tinggal babi hutan Wayung Hyang, Sumbing Perbangkara ingin buang air kecil. Dia kemudian buang air kecil dan tanpa sengaja, tersangkut di batok kelapa. Selang beberapa saat, babi hutan Wayung Hyang yang kehausan meminum air seni Sumbing Perbangkara. Siapa sangka, Wayung Hyang akhirnya hamil.

Sumbing Perbangkara, yang pada dasarnya suka berburu, kembali ke hutan setelah berbulan-bulan, persis seperti Wayung Hyang melahirkan seorang bayi perempuan yang sangat cantik. Sumbing Perbangkara yang sedang berburu rusa mendengar suara tangisan bayi. Ditemani anjing pemburunya Tumang, ia akhirnya menemukan seorang bayi perempuan yang tak lain adalah anaknya sendiri. Terpesona oleh kecantikan wajah bayi itu, Sumbing Perbangkara membawanya pulang dan mengadopsinya sejak kecil. Bayi perempuan itu kemudian diberi nama Dayang Sumbi.

Dayang Sumbi kemudian tumbuh dan tumbuh menjadi seorang putri cantik. Kecantikan menyebar ke seluruh kerajaan sampai raja dan pangeran mendengar. Dayang Sumbi dilombakan. Perang besar terjadi di mana-mana. Merasa tidak nyaman dengan perang yang terjadi di mana-mana karena memperebutkannya, Dayang Sumbi akhirnya meminta ayahnya, raja Sumbing Perbangkara, untuk menyendiri dan meninggalkan kerajaan. Sumbing Perbangkara akhirnya mengizinkan dan memberikan Tumang anjing pemburu untuk menemaninya. Dayang Sumbi tinggal di sebuah gubuk di tepi hutan. Dengan kehidupannya yang sederhana tidak ada yang tahu bahwa dia adalah Dayang Sumbi yang diperjuangkan banyak raja dan pangeran. Di gubuk itu ia mengisi aktivitasnya dengan menenun.

Suatu hari, saat menenun kain, Dayang Sumbi duduk di atas bale-bale. Mengantuk, alat tenunnya, yang disebut piston, jatuh ke lantai. Dayang Sumbi terlalu malas untuk mengambil piston, jadi dia bersumpah akan menikah dengan siapa pun yang mengambil piston untuknya. Tumang, anjing yang ditugaskan untuk menemani Dayang Sumbi akhirnya mengambil piston yang jatuh dan menyerahkannya kepada Dayang Sumbi. Demi memenuhi sumpah yang telah diucapkannya, Dayang Sumbi akhirnya menikah dengan Tumang.

Prabu Sumbing Perbangkara yang mengetahuinya akhirnya merasa sangat malu. Putrinya yang cantik menikahi seekor anjing dan saat ini sedang hamil. Dayang Sumbi akhirnya diasingkan ke hutan bersama Tumang. Tidak ada yang tahu bahwa Tumang adalah penjelmaan dewa, kecuali Dayang Sumbi. Setiap malam bulan purnama, Tumang bisa berubah menjadi pria tampan.

Dayang Sumbi yang sedang hamil akhirnya melahirkan seorang putra yang tampan. Kulitnya putih dengan rambut tebal hitam legam seperti arang. Dayang Sumbi memberinya nama Sangkuriang. Bayi itu kemudian tumbuh menjadi anak yang lincah.

Sangkuriang sudah mulai mahir memanah, suatu hari ibunya mengajaknya berburu. Dayang Sumbi ingin makan hati rusa. Ditemani Tumang, Sangkuriang berburu di hutan. Di suatu tempat, Sangkuriang melihat babi hutan Wayung Hyang lewat. Dia segera mengarahkan panahnya. Namun, Wayung Hyang berlari dan bersembunyi dengan cepat. Sangkuriang memerintahkan anjing pemburunya, Tumang, untuk mengejar babi hutan itu. Tumang yang mengetahui bahwa babi hutan itu bukan sembarang babi hutan, melainkan penjelmaan seorang dewi bernama Wayung Hyang, menolak perintah Sangkuriang. Tumang, anjing jelmaan dewa hanya duduk diam menatap Sangkuriang.

Sangkuriang sangat marah kepada Tumang. Dia menakuti Tumang dengan mengarahkan panah ke Tumang. Tapi, secara tidak sengaja, dia melepaskan anak panah itu ke busurnya. Sebuah panah melesat dan menancap di tubuh Tumang. Anjing penjelmaan dewa mati. Sangkuriang yang takut bercampur putus asa akhirnya mengambil hati Tumang. Dia kemudian membawa pulang hati dan menyerahkannya kepada Dayang Sumbi, mengatakan bahwa itu adalah hati rusa yang dia buru.

Dayang Sumbi dengan senang hati memasak hati yang dimakannya dengan rakus. Setelah selesai makan, Dayang Sumbi teringat Tumang. Dia bertanya kepada Sangkuriang di mana anjing Tumang berada. Sangkuriang, yang akhirnya tidak bisa mengelak dari kenyataan, mengakui bahwa Tumang telah mati karena panahnya dan hatinya telah diserahkan kepada ibunya untuk dimasak.

Dayang Sumbi sangat marah. Sangkuriang telah membunuh ayah kandungnya sendiri. Ia lalu mengambil sesendok nasi dan memukul kepala Sangkuriang hingga terluka parah. Namun, luka di hati Sangkuriang lebih parah. Dia akhirnya lari dari gubuk mereka.

Menyadari telah menyakiti anaknya sendiri dan membuatnya kabur, Dayang Sumbi akhirnya merasa sangat menyesal. Sangkuriang adalah putra satu-satunya yang menemaninya tinggal di hutan bersama Tumang. Untuk menenangkan perasaannya, Dayang Sumbi akhirnya bermeditasi. Di pertapaannya, Dayang Sumbi kemudian diberi umur panjang dan awet muda. Selama sisa hidupnya, dia akan tetap menjadi wanita cantik dan tidak akan pernah terlihat tua.

Sementara itu, Sangkuriang yang berlari dengan kepala terluka berkeliaran kemana-mana. Dia belajar dengan beberapa orang suci. Dia memasuki hutan keluar dari hutan. Ketika Sangkuriang telah menjadi seorang pemuda yang sakti dan perkasa, ia mengalahkan semua makhluk halus atau guriang yang ditemuinya dalam pengembaraannya. Dia menaklukkan mereka dan dengan kesaktiannya menjadi penguasa guriang-guriang.

Suatu hari, selama pengembaraannya, Sangkuriang akhirnya bertemu dengan Dayang Sumbi. Sangkuriang sangat terpesona dengan kecantikan Dayang Sumbi, lalu jatuh cinta. Perasaan Sangkuriang terbalas. Dayang Sumbi pun terpikat oleh ketampanan Sangkuriang. Akhirnya Sangkuriang berniat menikahi Dayang Sumbi.

Ketika Dayang Sumbi menyisir rambutnya dan meluruskan ikat kepala Sangkuriang, dia melihat bekas luka yang sangat besar. Setelah mengamati wajah Sangkuriang, dia menyadari bahwa dia akan menikahi anak kandungnya sendiri. Sangkuriang sendiri tidak menyangka bahwa Dayang Sumbi adalah ibu kandungnya.

Dayang Sumbi akhirnya mencoba menjelaskan fakta bahwa Sangkuriang adalah anaknya. Tapi Sangkuriang sudah kehilangan akal sehatnya. Sangkuriang masih bersikeras. Akhirnya Dayang Sumbi dengan halus menghindari pernikahan mereka. Dia meminta Sangkuriang untuk membuatkan dia sebuah danau lengkap dengan perahunya dalam semalam. Bagi Dayang Sumbi, ini adalah hal yang mustahil dilakukan Sangkuriang. Anak kandungnya tidak akan bisa memenuhi persyaratan yang dimintanya. Tanpa diduga Dayang Sumbi, Sangkuriang menyetujui permintaannya.

Malam itu, Sangkuriang bekerja keras untuk membangun sebuah danau. Sang Less menebang pohon, bekas pohon berubah menjadi bukit yang sekarang dikenal sebagai Gunung Bukit Tunggul, sedangkan daun, ranting dan bagian kayu yang tidak terpakai ditumpuk dan membentuk Gunung Burangrang. Dia telah bekerja setengah malam. Selanjutnya setelah perahu selesai dibuat Sangkuriang mulai membuat danau. Sangkuriang, seperti pekerjaan perahu, mengerahkan roh-roh guriang untuk membantu. Melihat situasi ini, Dayang Sumbi menjadi ketakutan. Akhirnya ia membentangkan kain tenun di timur. Ia memohon kepada Sang Hyang Tunggal agar usaha Sangkuriang digagalkan. Doanya dikabulkan. Kain tenun Dayang Sumbi berpendar kemerahan di ufuk timur. Ayam jantan kemudian berkokok. Kemudian para arwah guriang yang membantu pekerjaan Sangkuriang membuat telaga berfikir bahwa sebentar lagi akan pagi. Mereka segera berlari dan bersembunyi di tanah. Sangkuriang tinggal sendirian dengan pekerjaan pembangunan danau yang hampir selesai. Sangkuriang merasa usahanya telah gagal. Dia menjadi sangat marah.

Sangkuriang mengamuk. Sumbat yang dibuatnya untuk membendung Sungai Citarum terlempar ke timur dan menjadi Gunung Manglayang. Danau Talaga Bandung yang dibuatnya kemudian surut. Kemudian dengan satu tendangan keras, perahu buatannya terlempar jauh dan telungkup. Dalam sekejap berubah menjadi Gunung Tangkuban Perahu. Sangkuriang mengejar Dayang Sumbi yang kabur. Ketika Dayang Sumbi hampir disusul oleh Sangkuriang di Gunung Putri, Dayang Sumbi meminta bantuan Sang Hyang Tunggal. Dia akhirnya berubah menjadi bunga jaksi. Sangkuriang terus mencari Dayang Sumbi hingga sampai di Ujung Berung dan tersesat ke alam gaib.

Letak Geografi Gunung Tangkuban Perahu

Gunung Tangkuban Parahu adalah salah satu gunung yang terletak di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Sekitar 20 km ke arah utara Kota Bandung, dengan rimbunnya pohon pinus dan hamparan kebun teh di sekitarnya, Gunung Tangkuban Parahu memiliki ketinggian 2.084 meter.

Tempat Wisata di Tangkuban Perahu

1. Kawah ratu

Kawah Ratu adalah kawah terbesar dan terindah di kawasan Tangkuban Perahu. Anda akan menemukan sebuah prasasti di tempat parkir. Selain itu, dari sini Anda sudah bisa melihat panorama Kawah Ratu. Tampaknya sangat mudah untuk menuruni kawah ini namun pengunjung dilarang untuk turun. Gas beracun di kawah sangat berbahaya. Dan saya sarankan Anda membawa masker.

2. Kawah Domas

Jarak antara Kawah Domas dan Ratu tidak jauh. Sayangnya, kawah ini tidak banyak dikunjungi pengunjung. Alasan mengapa Kawah Domas jarang dikunjungi mungkin karena papan nama yang terlalu kecil untuk dilihat. Mungkin juga karena pemandangannya tidak semenarik Kawah Ratu. Namun Kawah Domas bisa menjadi alternatif kedua destinasi wisata di Tangkuban Perahu. Meski tidak seramai Kawah Ratu, kawah ini memiliki sumber mata air panas yang berguna untuk menyembuhkan penyakit kulit. Dan disini anda bisa merebus telur langsung di kawah.

3. Kawah Upas

Ingin melihat lembah eksotis dan pohon kayu mati? Coba datang ke Kawah Upas. Anda bisa menikmati keindahan Tangkuban Perahu dari sisi Kawah Upas. Jalan menuju tempat ini mudah karena tidak perlu mendaki. Jika Anda ingin mengunjungi Kawah Upas, Anda bisa melalui jalur Parongpong. Perjalanan akan memakan waktu kurang lebih tiga jam. Tapi, jangan khawatir, perjalanan Anda akan menyenangkan karena melewati hamparan perkebunan teh yang menakjubkan.

Di kawasan ini Anda bisa melakukan berbagai macam aktivitas wisata, mulai dari sekedar berfoto atau sekedar menikmati keindahan kawah dari dekat. Atau anda juga bisa jalan-jalan di sekitar kawasan wisata alam ini, dan jika tidak ingin lelah berjalan-jalan di kawasan wisata ini banyak juga yang menawarkan jasa berkuda. Dan anda tidak perlu khawatir jika tidak bisa menunggangi kuda karena tentunya dipandu oleh pawangnya sehingga dijamin aman.

Persiapan untuk mulai menjelajah Gunung Tangkuban Perahu

Exit mobile version